
SUJUDKU
Seseorang pernah berkata kepadaku, ikhlaskan hati, berikan semua keluh kesah, dan kejarlah iman. Maka, Allah akan mengabulkan apa yang aku minta.
Kini, di dalam sujudku ditengah gelap gulita, pagi yang masih menyelimuti, aku bersujud kepada-Mu dengan sepenuh imanku.
Iman yang sering masih goyah diterpa angin kemaksiatan dan kenikmatan duniawi.
Kini aku bersujud, dengan air mata yang sesekali menetes membasahi sajadah di dua rakaatku.
Aku bukanlah hamba yang begitu taat kepada-Mu. Rasa tidak percaya diri dengan apa yang Engkau ciptakan dan berikan kepadaku masih menyelimuti hati ini.
Satu, hanya satu hal yang ingin kuminta dari-Mu.
Nikmat demi nikmat, rezeki demi rezeki telah Engkau berikan kepadaku. Namun, satu hal yang membuatku putus asa dan tak tahu dimana harus meminta selain kepada-Mu.
Aku ingin salah satu hamba-Mu.
Dengan senyumannya yang begitu membuatku ingin memilikinya, namun, aku merasa semakin aku mengejarnya semakin aku kehilangannya.
Lalu, teringat olehku sebuah kisah dari seorang Asnat yang terlalu mengejar cinta Yusuf, kemudian Allah menjauhkannya.
Asnat-pun mengejar cinta Allah dengan beriman kepada-Nya, lalu didekatkannya Yusuf kepadanya.
Semua itu bukanlah tanpa sebuah arti, Allah menginginkan hambanya untuk hanya beriman kepada-Nya. Dan tidak berharap kepada makhluk ciptaan-Nya, karena semuanya akan berakhir kecewa.
Allah tahu apa yang terbaik, dan di sinilah aku. Di dalam sujudku, aku berdoa tidak dengan menyebut namamu.
Namun, aku berdoa kepada-Nya agar apa yang menurut-Nya terbaik dekatkan kepadaku dan jika mungkin engkau bukan jodohku, aku percaya Allah punya takdir yang terbaik.
Aku menengadahkan tangan setiap waktu, meminta, meminta apapun yang kuinginkan. Tak jarang Allah selalu mengabulkan, meskipun diriku ini masih bukan apa-apa di mata-Nya.
Kini, aku tak ingin memaksa-Nya untuk menyerahkanmu padaku. Aku hanya menginginkan apa yang akan menyakitiku akan pergi lebih awal dibanding akhir waktu yang membuat sakit lebih dalam.
Jikalau engkau ditakdirkan hanya datang lalu pergi tanpa menetap, aku ikhlas, dengan iman dan keyakinanku, aku ikhlas melepasmu.
Bukan karena tidak percaya diri, tapi dengan semua kesadaran yang ada dalam diri ini, aku tidaklah pantas menyandingmu.
Tapi, aku percaya, di setiap sujudku setiap waktu, semuanya akan indah pada waktunya.
Antara adzan yang berkumandang.
Antara kiblat yang tentukan arahku pulang.
Antara manisnya syahadat dan dahsyatnya syafaat.
Antara hitungan tasbih.
Aku percaya sujudmu dan sujudku akan bertemu di aamiin yang sama.
Kendal, 25 April 2021.
By: Jihan Anindya Sisfia (XII TKJ 1)